Minggu, 18 Maret 2012

Tommy Bisnis Sabu di SPBU 

Listrik Padam Terjadi Setiap Hari

Jalan ke Samuda Butuh Pengaspalan  

Unjuk Talenta Anak Band dan Freestyler 

Sabu Beredar di Pedalaman Kotim

SMPN-3 Sampit Periksa Dengan Teliti Soal Ujian Sekolah 

Prakiraan Cuaca Kota Propinsi Kalimantan Tengah

 




\

Ada Penimbun Besar

SAMPIT – Penimbunan bahan bakar minyak (BBM) dalam jumlah besar dipastikan ada di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Aparat Kepolisian Resor (Polres) mengaku telah menerima informasi terkait penimbun tersebut.
Hingga kini laporan tersebut masih didalami sebelum diambil tindakan. Polisi berupaya membongkar penimbunan tersebut untuk mencegah kelangkaan BBM menjelang kenaikan harga para April mendatang.
“Penimbun besar itu pasti ada, dan saat ini masih kami telusuri. Sesuai instruksi Kapolri, kami akan menindak para penimbun BBM di wilayah hukum Kotim,” kata Kapolres Kotim AKBP Andhi Triastanto kepada wartawan, Selasa (13/3).
Menurut Andhi, pihaknya hingga kini masih gencar melakukan operasi penertiban untuk mencegah dan memutus aliran penimbun BBM. Selain itu, Polres Kotim juga menempatkan sejumlah personel untuk berjaga di semua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kotim, khususnya di Sampit. “Pengawasan di SPBU itu berkerjasama dengan Pertamina dan sesuai permintaan Pertamina, setiap SPBU minimal dijaga sekitar 3 orang polisi,” katanya.
Desakan agar polisi membongkar para penimbun BBM juga datang dari masyarakat luas. Polres Kotim dinilai belum ada gregetnya karena belum mengungkap penimbun BBM dalam jumlah besar, padahal, hampir di semua daerah berhasil mengungkap penimbun tersebut.
“Masa di daerah lain sudah banyak penimbun BBM terutama jenis solar yang berhasil ditangkap aparat, sementara disini hanya pelangsir yang ditangkap. Polisi Kotim harus bekerja lebih keras lagi, apabila tak ada yang berhasil diungkap, perlu ditanyakan dan bisa dicurigai ada keterlibatan oknum aparat,” kata Rahman (24) salah seorang warga Kotim.
Menurut Rahman, polisi juga harus tegas terhadap setiap pelaku penyimpangan BBM. Pasalnya, masyarakat saat ini sudah resah dengan rencana kenaikan harga BBM, apabila terjadi kelangkaan akibat penyimpangan atau penimbunan BBM, akan menambah derita rakyat.
“Jangan cuma yang kecilnya saja ditangkap. Masa di Sampit tidak ada pelaku yang menimbun BBM dalam jumlah besar, padahal hampir setiap hari para pelangsir beraksi di SPBU,” jelasnya.
Pengamat Hukum di Kotim H Fachri Mashuri mengatakan, masyarakat Kotim saat ini menaruh harapan besar agar Polisi membasmi para penimbun BBM di wilayah ini. Kinerja kepolisian dinilai belum maksimal mengingat masih sulitnya mendapat BBM bersubsidi jenis solar di tiap SPBU di Kotim.
“Saya hanya berharap ada tindakan nyata di lapangan. Jauh harapan untuk memberantas, paling tidak ada tindakan untuk mengurangi jumlah pelangsir,” katanya, Senin (12/3).
Polres Kotim pada Selasa(13/3) pagi berhasil menjaring belasan kendaraan yang diduga melangsir serta kedapatan mengangkut jeriken berisi BBM bersubsidi. Namun sebagian tidak tertangkap tangan sedang mengangkut BBM hasil langsiran.
Razia yang dipimpin oleh Kabag Ops Polres Kotim, Kompol Susilo S ini menjaring belasan kendaraan bermotor yang antre di SPBU Widodo Jalan Jenderal Sudirman Km 3, Sampit. Kendaraan yang terjaring tidak hanya roda dua, tetapi juga roda empat dan roda enam.
“Ranmor yang terjaring sebanyak 13 unit terdiri dari roda dua, roda empat dan enam, 12 unit tidak ditemukan barang bukti (minyak), sementara satu uni mobil kedapatan mengisi minyak jenis premium (bensin),” kata Susilo. (ign)

Ombak Laut Capai Lima Meter, Kapal Kecil Diimbau Tidak Berlayar

PANGKALAN BUN- Administrator Pelayaran (Adpel) Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), baru-baru ini mengeluarkan imbauan agar kapal roro dan kapal kecil tidak berlayar untuk sementara waktu. Hal ini terkait dengan tingginya gelombang air laut yang mencapai lima meter sejak dua hari belakangan ini.
“Kita imbau, bukan larangan. Kapal roro dan kapal kecil agar menunda pelayarannya sampai tanggal 18 (Maret) nanti,” kata Kepala Adpel Kumai, Agus Subagio, saat dimintai konfirmasi kemarin (15/3).
Imbauan tersebut disampaikan secara tertulis kepada pihak perusahaan jasa pelayaran dan juga para awak kapal di pelabuhan Kumai. Dijelaskan Agus, berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gelombang maskimal di perairan laut utara Kalimantan berkisar empat sampai lima meter, dari hari kemarin hingga beberapa hari ke depan.
“Namun untuk kapal Pelni yang besar tetap berlayar, seperti Binaya dan Lauser,” sambung Agus.
Sedangkan untuk kapal milik PT Darma Lautan Utama (DLU) memilih menunda pelayaran hingga beberapa hari ke depan. Rencana, mereka akan mulai kembali berlayar tanggal 17 Maret nanti. “Selain karena kita imbau, pihak Darma (PT. DLU) juga berinisiatif sendiri untuk lebih memilih tidak berlayar,” kata Agus.
Bukan hanya kapal penumpang, beberapa kapal pengangkut berbagai barang komoditi, baik kapal kayu maupun besi, juga lebih memilih menunda pelayarannya ke pulau Jawa. Mereka tidak mau ambil risiko terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karen kondisi cuaca yang ekstrim. “Kami baru rencana akan berlayar sekitar tanggal 19 (Maret), kalau sudah tidak gelombang (tinggi),” kata Jiyanto, seorang awak kapal, saat dibincangi Radar Sampit, di sekitar pelabuhan DAS Sungai Arut kemarin.
Seperti diberitakan sebelumnya bahwa ratusan penumpang KM Kirana II tujuan Kumai – Surabaya terlantar karena kapal batal berlayar. “Padahal saya sudah menunggu lama, tak tahunya ditunda,” ungkap Solikin, calon penumpang KM Kirana II di sekitar pelabuhan penumpang Kumai belum lama ini. Karena gelombang laut tinggi, dia terpaksa menunggu di losmen. Pria yang hendak pulang ke Jawa Timur ini belum tahu penundaan tersebut sampai kapan.
Nasib serupa juga dialami oleh Suyadi, calon penumpang KM Kirana II lainnya di pelabuhan Kumai. Dia dan sejumlah temannya terpaksa harus tidur di tenda warung pedagang, depan pelabuhan, yang kebetulan pada saat itu tidak digunakan untuk berjualan. Meskipun demikian, Suyadi mengaku tetap bersyukur ketimbang dipaksakan berlayar dan dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. “Cuma nyesalnya kenapa tahunya setelah di sini. Kita sudah menunggu-nunggu tahunya ditunda,” tutunya.
Manager Cabang PT. DLU Kumai, Widha Krisna Sugiharto, ketika dimintai konfirmasi membenarkan perihal penundaan tersebut. Pihaknya sudah memberitahukan kepada para calon penumpang melalui pengumuman yang telah ditempel di pintu gerbang pelabuhan. “Karena gelombang tinggi, kita tunda pelayaran sampai tanggal 17 (Maret),” kata dia, dikonfirmasi melalui telepon pada Rabu (14/3) lalu. (gza)


LInk..http://www.radarsampit.net/berita-721-ombak-laut-capai-lima-meter-kapal-kecil-diimbau-tidak-berlayar.html 

Nasabah Bank Dirampok, Rp70 Juta Rai

SAMPIT – Seorang nasabah Bank Mandiri Cabang Sampit, Reza Setiadi (32), dirampok setelah mengambil uang untuk keperluan gaji karyawan sebesar Rp70 juta. Peristiwa terjadi saat korban mengecek barang di UD Logam Jaya, Jalan Muhran Ali, Kecamatan Baamang, Rabu (14/3) siang pukul 10.30 WIB.
“Pelaku memecahkan kaca depan bagian kiri mobil yang di kendaraan korban. Reza Setiadi merupakan karyawan kontraktor PT Bimo yang ditugaskan mengambil uang di Bank Mandiri Sampit,” kata Kapolsek Baamang Iptu Kurniawan Daeli sembari membenarkan kejadian ini.
Usai mengambil uang Rp70 juta di Bank Mandiri Sampit, kata Kurniawan, korban mengendarai mobil jenis Xenia warna hitam nopol B 1651 EFN ke arah Jalan Muhran Ali, Sampit. Dia mampir di UD Logam Jaya bermaksud beli besi tua. Sewaktu hendak kembali ke mobil, korban kaget kaca depan bagian kiri pecah, sementara uang Rp70 Juta dalam plastik kresek yang ditaruh di bawah jok (kursi) mobil telah raib.
Merasa menjadi korban kejahatan, hari itu juga pria yang menjabat sebagai Project Manager PT Bimo tersebut melapor ke Mapolsek Baamang. Polisi yang menerima laporan langsung mendatangi dan melakukan olah tempat kejadian perkara.
“Kami masih menyelidiki kasus ini, kami juga minta bantuan Polres Kotim. Dari perkiraan, kemungkinan korban telah dibuntuti pelaku sejak keluar mengambil uang di Bank Mandiri. Di TKP, kami sangat minim saksi, saat kejadian tidak ada yang mendengar seperti suara pecahan kaca,” pungkasnya.(fm)